Senin, 21 Mei 2012

Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab


Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya Pembelajaran itu merupakan profesi yang membutuhkan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  kecermatan  karena  ia sama halnya  dengan  pelatihan  kecakapan  yang  memerlukan  kiat,  strategi dan ketelatenan,  sehingga  menjadi  cakap  dan  professional.”  Penerapan metode Pembelajaran  tidak  akan  berjalan  dengan  efektif  dan  efisien  sebagai media pengantar  materi  Pembelajaran  bila  penerapannya  tanpa  didasari dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja akan menjadi  penghambat  jalannya  proses  Pembelajaran,  bukan  komponen yang menunjang  pencapaian  tujuan,  jika  tidak  tepat  aplikasinya.  Oleh  karena itu, penting  sekali  untuk  memahami  dengan  baik  dan  benar  tentang karakteristik suatu  metode.  Secara  sederhana,  metode  Pembelajaran  bahasa  Arab dapat digolongkan  menjadi  dua  macam,  yaitu:  pertama,  metode tradisional/klasikal dan kedua, metode modern.
Metode  Pembelajaran  bahasa  Arab  tradisional  adalah  metode  Pembelajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa  Arab berarti  belajar  secara  mendalam  tentang  seluk-beluk  ilmu  bahasa Arab,  baik  aspek gramatika/sintaksis  (Qowaid  nahwu),  morfem/morfologi (Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode tersebut  mampu  bertahan  beberapa  abad, bahkan  sampai  sekarang  pesantren-pesantren  di  Indonesia,  khususnya  pesantren salafiah  masih  menerapkan metode  tersebut.  Hal  ini  didasarkan  pada  hal-hal sebagai  berikut:  Pertama, tujuan Pembelajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak  sebagai  alat  untuk  memahami  teks/kata  bahasa  Arab  klasik yang  tidak memakai  harakat,  dan  tanda  baca  lainnya.  Ketiga,  bidang  tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka”.
Metode  Pembelajaran  bahasa  Arab  modern  adalah  metode  Pembelajaran yang berorientasi  pada  tujuan  bahasa  sebagai  alat.  Artinya,  bahasa  Arab dipandang sebagai  alat  komunikasi  dalam  kehidupan  modern,  sehingga  inti belajar  bahasa Arab adalah  kemampuan  untuk  menggunakan  bahasa  tersebut secara  aktif  dan  mampu memahami  ucapan/ungkapan  dalam  bahasa  Arab. Metode  yang  lazim  digunakan dalam  Pembelajarannya  adalah  metode  langsung (tariiqah al - mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa bahasa  adalah  sesuatu  yang  hidup, oleh  karena  itu  harus  dikomunikasikan  dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
a. Metode Qawaid  dan Terjemah
Para  pakar  dan  praktisi  pembelajaran  bahasa  asing  sering  juga  menyebut metode ini dengan metode tradisional. Penyebutan tersebut berkaitan dengan sebuah  cerminan terhadap  cara-cara  dalam  jaman  Yunani  Kuno  dan  Latin dalam mengajarkan bahasa. Asumsi dasar metode ini adalah adanya „logika semesta  (universal  logic)  yang merupakan  dasar  semua  bahasa  di  dunia, sedangkan tata bahasa adalah cabang logika.
Metode ini ditujukan kepada peserta didik agar, (1) lebih mempu membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab, dan (2)  memiliki nilai displin dan perkembangan intelektual. Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalah kosakata dari tes bacaan, di mana kalimat diasumsikan sebagai unit yang terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan dalam prose pembelajaran.
b. Metode Langsung (Mubâsyarah)
Karena adanya ketidak puasan dengan metode qawa’id dan tarjamah, maka terjadi suatu gerakan penolakan terhadap metode tersebut menjelang pertengahan abad ke 19. Banyak orang Eropa yang merasa bahwa buku-buku pembelajaran bahasa asing yang beredar tidaklah praktis, karena tidak mengajarkan bagaimana berbahasa namun lebih    memperhatikan pembicaraan tentang bahasa. Karena itu, banyak kemudian bergulir ide-ide untuk meperbaharui metode tersebut.
Berdasarkan asumsi yang ada dalam proses berbahasa antara Ibu dan anak, maka F.Gouin (1980-1992) mengembangkan suatu metode yang diberi nama dengan metode langsung (thariqah mubasyarah), sebuah metode yang sebenarnya juga pernah digunakan dalam dunia pembelajaran bahasa asing sejak jaman Romawi (± abad XV). Metode ini memiliki tujuan yang terfokus pada peserta didik agar dapat memiliki kompetensi berbicara yang baik. Karena itu, kegiatan belajar mengajar bahasa Arab dilaksanakan dalam bahasa Arab  langsung  baik  melalui  peragaan  dan  gerakan.  Penerjemahan  secara langsung dengan bahasa peserta didik dihindari.
c. Metode Silent Way (Guru Diam)
Metode ini digulirkan oleh C. Gatteno (1972). Kendati ia mengembangkan teori  dan  metode  pembelajaran  yang  terpisah  dengan  teori  Chomsky, namun didalamnya banyak persamaan. Ide dasarnya adalah bahwa belajar sangat bergantung pada diri (self) seseorang. Diri tersebut mulai berfungsi pada waktu manusia diciptakan dalam kandungan, dimana sumber awal tenaganya dalah DNA (deoxyribonu acid).  Diri menerima masukan-masukan dari luar dan mengolahnya sehingga menjadi bagian dari diri itu sendiri.
Dalam penggunaan metode silent way, guru lebih banyak diam, ia menggunakan gerakan, gambar dan rancangan untuk memancing dan membentuk reaksi. Guru menciptakan   situasi   dan lingungan yang mendorong peserta didik “mencoba-coba” dan menfasilitasi pembelajaran. Seolah  hanya  sebagai  pengamat,  guru  memberikan  model  yang  sangat minimal dan membiarkan peserta didik berkembang bebas, mandiri dan bertanggung  jawab.  Adapun  penjelasan,  koreksi  dan  pemberian  model sangat minim, lalu peserta didik membuat generalisasi, simpulan dan aturan yang diperlukan sendiri. Hanya saja, di dalamnya masih digunakan pendekatan struktural dan leksikal dalam pembelajaran.
d. Sugestopedia
Sugetopedia merupakan metode yang didasarkan pada tiga asumsi. Pertama, belajar itu melibatkan fungsi otak manusia, baik secara sadar ataupun dibawah sadar. Kedua, pembelajar mampu belajar lebih cepat dari metode- metode lain. Ketiga, Kegiatan belajar mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor, yakni (1) norma-norma umum yang berlaku di tengah masyarakat, (2) suasana yang terlalu kaku, kurang santai, dan (3) potensi pembelajar yang kurang diberdayakan oleh guru. Metode  ini dicetuskan oleh seorang psikiatri Bulgaria yang bernama George Lozanov.
Metode  Sugestopedia  mempunyai  tujuan agar peserta didik mampu bercakap-cakap tingkat tinggi. Dalam metode ini, butir-butir bahasa Arab dan terjemahannya disajikan dalam  bahasa Ibu dalam bentuk dialog. Tujuan utama bukan sekedar penghafalan dan pemerolehan kebiasaan, tetapi  tindakan  komunikasi.  Karena  kegiatan  belajar  meliputi  peniruan, tanya jawab, dan bermain peran, maka peserta didik diharapkan bisa metoleransi dan menerima perlakuan seperti kanak-kanak (infantilization).
bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar