Selasa, 13 Desember 2011

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

MADRASAH TSANAWIYAH

Bahasa Arab
a. Menyimak
Mampu memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan (berbentuk gagasan atau dialog sederhana) tentang identitas diri, rumah, keluarga, menanyakan alamat, jam, aktivitas di madrasah, aktivitas di rumah, profesi, cita-cita, kegiatan keagamaan, dan lingkungan sekitar kita.
b. Berbicara
Mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman serta informasi melalui kegiatan bercerita dan bertanya jawab tentang identitas diri, rumah, keluarga, menanyakan alamat, jam, aktivitas di madrasah, aktivitas di rumah, profesi, cita-cita, kegiatan keagamaan, dan lingkungan sekitar kita.
c. Membaca
Mampu memahami berbagai ragam teks tulis dalam bentuk gagasan atau dialog sederhana, melalui kegiatan membaca, menganalisis dan menemukan pokok pikiran tentang identitas diri, rumah, keluarga, menanyakan alamat, jam, aktivitas di madrasah, aktivitas di rumah, profesi, cita-cita, kegiatan keagamaan, dan lingkungan sekitar kita.
d. Menulis
Mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, pengalaman dan informasi melalui kegiatan menulis pikiran tentang identitas diri, rumah, keluarga, menanyakan alamat, jam, aktivitas di madrasah, aktivitas di rumah, profesi, cita-cita, kegiatan keagamaan, dan lingkungan sekitar kita.

                 Mengetahui                                                                                Guru Bidang Studi
             Kepala Madrasah                                                                      Bahasa Arab                                                                 


             Samin Lasio, S. Ag                                          H a d i y a n t o
             Nip196810121997031002                                           Nip.197601122003121003

APAKAH RAPORT HARUS TULIS TANGAN ?

APAKAH RAPORT HARUS TULIS TANGAN ?
Guru mempunyai tugas yang begitu mulia dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa yang pintar dan berakhlak mulia. Tunas-tunas muda bangsa mulai sedini mungkin telah diarahkan dan dididik untuk menyongsong masa depan yang lebih baik, baik bagi dirinya maupun bangsa dan negaranya. Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sering dihadapkan pada persoalan-persoalan administratif yang menurut hemat saya sebetulnya dapat diselesaikan dengan cepat asal guru yang bersangkutan bisa mengoperasikan komputer minimal aplikasi word dan excel, syukur jika bisa juga powerpoint dan internet. Seiring dengan dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi informasi sudah seharusnya para guru mulai beradaptasi dan tidak ragu-ragu lagi menerapkan teknologi dalam rangka membantu tugas-tugasnya. Begitu juga dengan pemegang kebijakan di dunia pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan maupun Dinas Pendidikan untuk menyesuaikan kegiatan administrasi dengan kemajuan teknologi. Kegiatan tulis menulis yang biasanya manual bisa dialihkan ke digital, begitu juga pengisian blangko-blangko yang biasanya pakai ballpoint mungkin bisa dialihkan ke cetakan di printer. Sebagai contoh pembuatan Rencana Program Pembelajaran, Pengisian kemajuan siswa (raport), dan sebagainya. Begitu juga pengolahan nilai raport siswa dan pengolahan hasil ulangan bisa juga disesuaikan dengan perkembangan teknologi, misalnya dengan ulangan dengan Lembar Jawab Komputer (LJK).

Sebagai tahap awal, untuk pengisian raport yang selama ini diisi manual dengan ballpoint, bagaimana kalau mulai sekarang dicetak seperti yang sudah berjalan di perguruan tinggi seperti nilai mata kuliah. Saya rasa hal ini dapat juga diterapkan di sekolah-sekolah terutama tingkat SMP dan SMA/K. Untuk SD pun jika memungkinkan akan lebih baik jika nilai raportnya juga dicetak seperti di PT. Cukup satu atau dua lembar (arsip) tiap semester, dan yang jelas mengurangi tugas guru sehingga guru bisa memikirkan hal-hal lain untuk memajukan dunia pendidikan. Tulisan akan rapi, cepat dan data akan terekam secara digital, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal dilihat kembali atau dicetak ulang. Saya yakin komputer bukanlah barang yang mewah dan mahal untuk saat ini sehingga bukanlah sesuatu yang berat kalau tiap sekolah harus mempunyai komputer. Bagaimana Dinas Pendidikan, apakah hal ini bisa diterapkan?

Jumat, 25 November 2011

Contoh Pidato



Assalamu’alaikum Wr.Wb


Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi nikmat jasmani dan karunia-Nya sehingga kami semua dapat berkumpul bersama-sama. Shalawat serta salam tetap kami curahkan kepada Nabi Besar kita Baginda Rasullulah SAW. Yang telah menuntun kita semua dari zaman kegelapan sampai ke zaman yang terang benderang ini.

Yth. Bapak Dewan Juri,
Yth. Bapak/Ibu Guru dan Para Hadirin,

Baiklan untuk kesempatan kali ini saya berdiri di depan ini untuk membawakan sebuah pidato dengan tema “Pendidikan”.

Jika dasar kemanusiaan /fithrah manusia tidak dapat berubah dan berganti, lalu apa arti dari suatu pendidikan?
Telah sering dibicarakan bahwa pendidikan atau tarbiyah berasal dari kata "rabaa-yarbuu-riban wa rabwah" yang berarti "berkembang, tumbuh, dan subur". Dalam Al Qur''an, kata "rabwah" berarti bukit-bukit yang tanahnya subur untuk tanam-tanaman. Lihat QS: Al Baqarah:265. Sedangkan kata "riba" mengandung makna yang sama. Lihat QS: Ar Ruum:39.

Dengan pengertian ini jelas bahwa mendidik atau "rabba" bukan berarti "mengganti" (tabdiil) dan bukan pula berarti "merubah" (taghyiir), melainkan menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan, atau lebih tepat "mengkondisikan" sifat-sifat dasar (fithrah) seorang anak yang ada sejak awal penciptaannya agar dapat tumbuh subur dan berkembang dengan baik. Jika tidak, maka fithrah yang ada dalam diri seseorang akan terpengaruh oleh " kuman-kuman" kehidupan itu sendiri. Kuman-kuman kehidupan inilah yang diistilahkan oleh hadits tadi dengan "tahwiid" (mengyahudikan) "tanshiir" (menasranikan) dan "tamjiis" (memajusikan). Pada hadits yang lain disebutkan "ijtaalathu as Syaithaan" (digelincirkan oleh syetan).


Kuman-kuman kehidupan atau meminjam istilah hadits lain "duri-duri perjalanan" (syawkah) tentu semakin nyata dan berbahaya di zaman kita hidup saat ini. Masalahnya, apakah kenyataan ini telah membawa kesadaran bagi kita untuk membentengi diri dan keluarga kita? Sebagai Allah telah mengingatkan kita dalam firmanNya:  "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga-keluarga kamu dari api neraka" (QS: At Tahriim:6).
Oleh sebab itu saya mengajak Para Hadirin sekalian untuk senantiasa menumbuhkan, mengembangkan dan menyuburkan fitrah atau kemampuan dasar diri kita melalui kegiatan menimba ilmu pengetahuan baik yant bersifat ilmu-ilmu dunia unutk bekal kita dalam mengarungi kehidupan ini, maupun ilmu-ilmu akherat sebagai landasan kita dalam beribadah kepada Allah sebagai bekal untuk kehidupan  akherat kelak.

Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan dalam pidato ini, kalau ada kesalahan harap maklum karena kita hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah, oleh karena itu saya mohon maaf yang setulus-tulusnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
الهواية
قراءة-رسم- لعب-تصوير- كتابة- التدبير المنزلي-سماع- مشاهدة
• هذا يوسف. له هواية و هي القراءة و الرسم. يحب يوسف قراءة الكتب و المجلة و غيرها. في أيام العطلة يحب يوسف أن يمارس هواية الرسم. يرسم الطبيعة و الناس و الحيوانات. يستعمل الألوان المتنوعة.
• هذا فريد. له هواية وهي لعب كرة السلة او تنس الطاولة او كرة ا لطائرة. فريد يحب لعب كرة السلة مع أصدقائه في أوقات الفراغ
• هذا فوزي. له هواية, و هي التصوير. يحب فوزي أن يستعمل ألة التصوير. و يصور بها الناس و الطبيعة.
.


• هذا إلياس. له هواية.و هي كتابة. هو يكتب بعض الأشعار الإندونيسية ثم يقدم إلى المجلة الخائطية بالمدرسة.
• هذه ليلى. لها هواية. تمارس ليلى التدبير المنزلي في أوقاة فراغها. و هي تساعد أمها على ترتيب البيت.
• هذه أنيتا. لها هواية. هي السماع إلى الموسيقي أو مشاهدة التلفزيون.
تحب أن تمارس السماع إلى الموسيقي أو مشاهدة التلفزيون.
مفردات
• هذا Ini
• له Dia mempunyai
• هواية Hobi
• قراءة Membaca
• رسم Melukis
• يحب Suka/senang
• كتب Buku-buku
• مجلةMajalah








• أيام العطلة Hari libur
• يمارس Membiasakan
• يرسم Melukis
• طبيعة Alam
• ناس Manusia
• يستعمل Menggunakan
• حيوانات Hewan-hewan
• ألوان Warna warni
• متنوعة Yang bermacam-macam
• لعب Permaianan
• كرة السلة Basket
• تنس الطاولة Tenismeja
• كرة الطائرة Volley
• يلعب Bermain
• أصدقائه Teman-temannya
• أوقات الفراغ Waktu luang
• تصوير Pemotretan
• يصور Memotret
• يكتب Menulis
• أشعار Syair/puisi
• يقدم Menampilkan
• مجلة خائطية Majalah dinding
• تدبير منزلي Kesejahteraan keluarga
• تساعد Menolong
• ترتيب البيت Mengurus rumah
• سماع Mendengarkan
• موسيقي Musik
• مشاهدة Menonton
• تلفزيون Televisi

• Lembar Kerja Siswa


ترجم م يأتي إلى اللغة العربية!
1. Hobi Yusuf adalah membaca dan melukis
2. Farid bermain basket bersama teman-temannya
3. Yusuf melukispemandangan alam
4. Yusuf menggunakan cat warna yang bervariasi
5. Fauzi suka menggunakan kamera
6. Fauzi bermain volley pada waktu luang
7. Ilyas menulis syair dan menampilkannya di majalah dinding
8. Laila membantu ibunya mengatur rumah
9. Laila membiasa diri (memenuhi) kesejahteraankeluarga
10. Anita hobi menonton televisi

اكمل الفراغ بكلمة مناسبة !
1. يوسف ... الطبيعة و الناس
2. ليلى ... أمها على ترتيب البيت
3. يلعب فريد مع ...
4. هي تحب أن تمارس ... التلفزيون
5. فوزي..... الناس و الطبيعة بألة التصوير
6. هو يكتب بعض ...
7. يحب يوسف قراءة ...
8. يحب فوزي أن يستعمل
9. أنيتا تحب أن تمارس ... إلى الموسيقي.....
10. إلياس يقدم الأشعار إلى......

أجب هذه الأسئلة الأتية وفقا للقراءة!
1. ماذايعمل فوزي بألةالتصوير؟
2. هل يوسف يحب قراءةالمجلة؟
3. أين إلياس يقدم الأشعار؟
4. من تحب مشاهدة التلفزيون؟
5. ما هواية فريد؟
فعل مضارع + مصدر (مصدر صريخ)

• فعل مضارعkata kerja bentuk sekarang (sedang dilakukan):

• مصدر kata benda yang dibentuk dari kata kerja :


Contoh kalimat

1. يوسف يحب قراءة الكتب.
2. أنيتا تحب السماع إلى الموسيقي
3. فريد يحب لعب كرة السلة.



Penjelasan
فعل مضارع adalah يحب, تحب 1. Kata

مصدر adalah قراءة , السماع و لعب 2. Kata

قرأ – يقرأ - قراءة

سمع - يسمع سماع

لعب – يلعب لعب

Pendidikan Karakter


Apa Pendidikan Karakter itu?

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan  harus berkarakter.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat    atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan  di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah  sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian  peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka  tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan  pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian  yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
Kofigurasi Karakter
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral.  Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989)  mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur  moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni:  perilaku, kognisi, dan afeksi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
=============
Sumber diambil dari:
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama .  Jakarta