Senin, 17 Oktober 2011

MENGAJARKAN BAHASA

MENGAJARKAN BAHASA

  bunyi bahasa harus diajarkan dengan cara yang benar, yang memudahkan para siswa untuk mengatasi problem bunyi bahasa yang mereka hadapi. Karena itu pekerjaan pertama yang harus dituntaskan oleh guru bahasa Arab adalah mengatasi kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa Arab, seperti mengucapkan bunyi mad, bunyi syiddah, alif lam syamsiyyah dan qamariyyah, bunyi- bunyi yang sifat hurufnya memiliki kemiripan, bunyi-bunyi yang makhrajnya berdekatan, bunyi tanwin, huruf mad dan layyin, dan sebagainya. Kesulitan-kesulitan tersebut akan dihadapi oleh siswa karena karakter sistem bunyi bahasa Arab dalam beberapa hal memang berbeda dengan bahasa lainnya, dan bisa juga timbul karena pengaruh dari bahasa Ibu siswa. Dengan kenyataan demikian, pengajaran bunyi bahasa akan menjadi bertambah penting ketika guru berhadapan dengan beberapa bunyi yang menyulitkan siswa. Karena itu langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru sebelum mengajarkan bunyi adalah mengetahui dengan persis bunyi-bunyi yang dapat menyulitkan siswa tersebut, baik berdasarkan bacaan atau pengalaman dan penelaahan guru sendiri. Pengetahuan seperti itu akan dimiliki oleh guru kalau dia sudah mengetahui sistem tata bunyi bahasa Arab kemudian membandingkannya dengan sistem tata bunyi bahasa bahasa Indonesia, ditambah sistem tata bunyi bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu siswa. Yaitu dengan melakukan studi perbandingan sistem bunyi antar bahasa yang dinamakan dengan istilah "Studi Kontrastif” atau "Analisis Kontrastif”. Setelah melakukan studi tersebut, diharapkan guru bisa: a. Mengidentifikasi/mengetahui persamaan bunyi antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia/bahasa pembelajar. b. Mengidentifikasi/mengetahui bunyi-bunyi bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia/bahasa pembelajar. c. Mengidentifikasi/mengetahui bunyi-bunyi bahasa Indonesia/bahasa ibu yang tidak terdapat dalam bahasa Arab 51
·  d. Memprediksi kesulitan-kesulitan dalam pengucapan bunyi bahasa yang mungkin dialami siswa. e. Menjelaskan sebab-sebab kesulitan pengucapan bahasa Arab yang dialami para siswa. Dengan mengetahui perbedaan antara kedua bahasa tersebut guru bisa mengetahui bagaimana pengaruh suatu bahasa terhadap bahasa lainnya. Setelah mengidentifikasi bunyi-bunyi yang diduga kuat akan menyulitkan siswa, maka langkah selanjutya adalah mengidentifikasi pada bagian mana kesulitan-kesulitan tersebut akan muncul, karena tidak mengajarkan bunyi terpisah dari materi kebahasaan yang lain. Dalam sistem pengajaran bahsaa terpadu (nazhariyah al-wahdah/all in one system) persoalan pengajaran bunyi terkait erat dengan kosakata pokok yang terdapat dalam materi hiwar atau materi qira‘ah. Jika letak kesulitan sudah bisa diidentifikasi dengan jelas, maka guru perlu melakukan serangkaian tindakan dalam program pembelajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Berikut ini adalah uraian tentang langkah-langkah pengajaran aswat 'arabiyyah yang bisa dipertimbangkan penggunaannya oleh guru dengan melihat kondisi ril di kelasnya. Langkah-langkah tersebut adalah : 1. Penyajian model pelafalan Cara yang paling efektif dalam mengajarkan bunyi bahasa Arab yang sulit kepada siswa adalah dengan mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti oleh siswa. Selain dalam bentuk bunyi tunggal, contoh pelafalan tersebut sebaiknya diberikan dalam bentuk kata bermakna dimana huruf yang dicontohkan berada di awal, di tengah dan di akhir kata. Contoh: ‫-ص- ص- ص- ص ‫-صياد – صوم – صدر – صيف – صار – صوف ‫-مصير – قصور – أصدقاء – انتصر – حصة – أصغى ‫-لص – رصاص – خالص – تربص– حريص – مخصوص .... هلم ‫جرا Teknik lain yang efektif untuk mencontohkan pelafalan bunyi bahasa adalah dengan menggunakan pasangan minimal (tsuna’iyyah sugra/minimal pair), yaitu dua kata yang berbeda maknanya karena perbedaan satu huruf saja, apakah di awal, di tengah, atau di akhir. 52
·  Latihan membedakan bunyi bahasa dengan pasangan minimal dapat dilakukan dengan cara guru melafalkan pasangan minimal dengan jelas sementara siswa menyimak dan memperhatikan gerak bibir dan mulut guru mereka supaya terlihat dengan jelas perbedaan kedua kata tersebut. Contoh-contoh pasangan minimal yang dapat membantu garu menggunakan teknik ini adalah. - ‫سسسسرة – صسسسرة / بسسسسمة – بصسسسمة / فسسسسد – فصسسسد / مسسسسحوب – ‫مصحوب / نسب - نصب / يسير – يصير سريع – صريع / سيف / ‫صيف / مس – مسص / سورة – صورة / ساد – صاد / سار – صار – ‫يسسوم – يصسوم / هجسم – حجسم/ هام – حام/ نزه ‫س ‫س ‫س ‫س / ‫سسام – صسام ‫س ‫س /‫نزح/ مناهي – مناحي/ منهل – منحل/ انتهى – انتحى/ مهموم – محموم – ‫نهسسسر – نحسسسر/سسسساهر – سسسساحر/ فاره – فارح/ همام – حمام/سسسسفه / ‫سفح/بهت – بحت/ أهمل – أحمل/هد – حاد/فاح – فاه/ ناهية – ناحية ‫مل – حمل Kegiatan memberikan model pelafalan kepada siswa juga bisa dilakukan dengan menulis lambang bunyi yang dicontohkan. Teknik ini tentunya bisa dilakukan kalau guru mengajarkan kemahiran menyimak bunyi bahasa dengan kemahiran membaca lambang bahasa. Dengan tsuna’iyyah sugra kegiatan ini bisa dilakukan dengan membedakan dua huruf yang berbeda dalam tsuna’iyyah sugra dengan warna yang berbeda, sehingga ketika guru melafalkan setiap kata siswa bisa dengan gampang mengidentifikasi bunyi yang berbeda tersebut dari warna tulisan yang berbeda. 2. Pemberian Latihan/Drill Setelah memberikan contoh pelafalan, guru memberikan beberapa bentuk dril untuk membiasakan siswa melafalkan bunyi-bunyi yang sudah dicontohkan pelafalannya pada tahapan sebelumnya. Di antara bentuk dril yang bisa digunakan oleh guru adalah: 1. Latihan menirukan dan mengulangi, dengan cara: - para siswa meniru/mengulangi secara bersama-sama - para siswa meniru/mengulangi secara berkelompok (berdasarkan tempat duduk, jenis kelamin atau pertimbangan lainnya) - para siswa meniru/mengulangi atau mengulang perorangan 53
·  2. Latihan membedakan bunyi bahasa Latihan membedakan bunyi bahasa dapat divariasikan menjadi: a) Menentukan satu dari tiga bunyi. Contoh: Tentukan apakah bunyi shad [‫ ]صdiucapkan pertama, kedua, atau ketiga! ‫٤( ص – ش – ش ‫١( س – ص – ش ‫٥( ش – س – ص ‫٢( ص – ش – س ‫٦( ص – س – س ‫٣( س – س – ص b) Menentukan salah satu dari dua bunyi dalam sebuah kalimat Contoh: Tentukan apakah bunyi [‫ ]صatau [‫ ]سyang ada dalam setiap kata berikut! . ‫1(صالح / ٢( سرير / ٣( الصدف / ٤( السحساب / ٥( الفصل ‫6(السائر / ٧( السور / ٨( الصرة / ٩( الصورة / ٠١( السفح c) Menyimak dan mengulangi tsuna’iyyah sugra (buku tertutup) d) Membaca dan mengulang tsuna’iyyah sugra (buku terbuka) d) Membaca bebas, artinya guru memerintahkan para siswa untuk membaca huruf, kata, atau kalimat yang mengandung bunyi yang sulit tanpa memberikan contoh pelafalan terlebih dahulu. 3. Praktik penggunaan bunyi bahasa Maksud kegiatan ini adalah guru menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dipelajari oleh siswa dalam kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang komplek maupun yang sederhana, seperti dengan cara menyebut nama siswa dalam kelas, menyebut suatu benda yang ada di dalam atau di luar kelas, atau menyebut nama anggota badan yang menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dilatihkan. B. Pengajaran Maharah al-Istima’ Pengajaran bunyi bahasa adalah kegiatan yang paling mendasar untuk mengembangkan kemampuan menyimak, sebelum siswa menguasai sistem bunyi bahasa Arab, tidak akan mungkin guru bisa mengembangkan kemampuan menyimak dalam 54
·  artinya yang substansial, yakni dalam arti memahami isi atau kandungan makna dari suatu bahan simakan. Para siswa mungkin tidak tahu tentang apa yang dilakukan oleh seorang pendengar yang baik, karena itu adalah menjadi tanggung jawab guru untuk member tahu siswa bagaimana caranya menjadi penyimak yang baik, guru juga harus menciptakan lingkungan dalam kelas yang bisa mendorong para siswa untuk belajar menyimak. Sebagaimana guru juga perlu menciptakan dan mengembangkan situasi kelas yang dapat mendukung para siswa untuk belajar menyimak dan terlibat aktif dalam kegiatan menyimak. Dalam pengajaran bahasa Arab sistem terpadu (nazhariyyah al-wahdah/all in one system), pengajaran menyimak dapat langsung digabungkan dengan kegiatan pengajaran yang lain. Misalnya ketika guru mengajarkan kosakata baru, mengajarkan struktur kalimat, mengajarkan kitabah, dan lebih-lebih lagi ketika mengajarkan materi hiwar (untuk kalam) dan al-qira’ah. Artinya dalam mengajarkan materi-materi tersebut guru harus selalu memperhatikan bunyi-bunyi yang menyulitkan siswa, mencontohkan pelafalan yang benar, dan memulai kegiatan pembelajaran untuk materi apapun dengan kegiatan menyimakkan bunyi-bunyi bahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab dengan proporsi yang besar dalam kelas akan sangat mendukung berkembangnya kemampuan menyimak siswa. Sementara dalam pengajaran bahasa Arab yang dikhususkan untuk pelajaran menyimak (nazhariyah al-wahdah/separated system), sudah menjadi tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh para guru bahasa untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam tiga fase pengajaran menyimak, yaitu; kegiatan pada fase sebelum menyimak, selagi menyimak, dan setelah menyimak. 1. Kegiatan Pramenyimak Pada tahap ini, guru perlu menyadari bahwa para siswa mempunyai pengalaman yang berbeda dalam aktivitas menyimak yang berakibat pada perbedaan pengetahuan dan latar belakang yang dapat mempengaruhi proses memahami makna bahan simakan. Kepercayaan dan sikap siswa terhadap bahan simakan juga akan mempengaruhi pemahaman mereka terhadap maknanya. Sebelum kegiatan menyimak dimulai, guru hendaknya berusaha membangkitkan semangat siswa untuk memahami topik yang akan mereka dengarkan. Kegiatan ini hendaknya juga diarahkan untuk mendiagnosa apa telah mereka ketahui tentang topik, agar guru bisa menetapkan pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa (schemata), dan untuk menetapkan tujuan berikutnya. 55
·  Ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru dengan baik untuk "mempersiapkan" para siswa agar menjadi penyimak yang baik: a. Berdayakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa Setelah memberikan uraian pengantar sekitar topik bahan simakan, guru memberi para siswa kesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang relevan dengan topik. Jika cara ini tidak berhasil, gurulah yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada para siswa. Situasi ini dapat digunakan untuk menentukan apa sebenarnya informasi dalam teks simakan yang para siswa benar-benar ingin ketahui. b. Bangun pengetahuan awal siswa Informasi tentang pembicara, topik dari bahan yang disajikan dan tujuan dari presentasi juga akan sangat bermanfaat bagi para siswa untuk memahami bahan-bahan simakan. Kosa kata yang relatif tidak familiar dengan para siswa yang digunakan dalam bahan simakan perlu diperkenalkan kepada para siswa. Penjelasan singkat tentang permasalahan yang mungkin timbul terkait dengan tatabahasa seperti zaman fi’il, pola syarat dan jawab syarat, juga akan banyak menolong para siswa memahami teks simakan. c. Jelaskan tugas siswa selama kegiatan menyimak Guru hendaknya menjelaskan apa yang harus dilaksanakan selama kegiatan menyimak berlangsung seperti: 1) Para siswa harus menyiapkan diri secara fisik; 2) Para siswa harus sudah menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan seperti buku tulis, pena, pensil atau yang lainnya; 3) Para siswa harus duduk dengan nyaman. 4) Para siswa harus merperhatikan dengan penuh bahan simakan. 5) Para siswa tidak boleh melakukan kegiatan lain yang dapat mengganggu mereka seperti membaca atau berbicara dengan sesama siswa. d. Gambarkan dengan jelas tujuan kegiatan menyimak Para siswa hendaknya mengetahui mengapa mereka perlu menyimak, apa yang harus dikuasai dan bagaimana cara mencapainya. Apakah siswa menyimak agar mampu memahami kandungan teks simakan ataukah mereka mendengarkan agar mampu menanggapi secara fisik? Apakah mereka menyimak agar mampu mengidentifikasi bunyi kata-kata atau bunyi ungkapan atau bunyi kalimat yang diperdengarkan dan sebagainya. 56
·  e. Gunakan panduan menyimak Beberapa pertanyaan dasar yang terkait dengan kandungan suatu teks simakan hendaknya sudah ada dalam benak siswa sebelum mereka menyimak. Artinya mereka sudah punya prediksi awal tentang hal-hal yang akan (atau mungkin) muncul dalam bahan simakan, sehingga mereka mempunyai prediksi titik fokus dalam kegiatan menyimak. Ketika bahan simakan yang akan digunakan oleh guru berisi sebuah percakapan antara beberapa orang, pertanyaan-pertanyaan berikut bisa memandu siswa untuk memahami isi bahan simakan secara teratur, misalnya: 1) Apa topik utama dari percakapan yang ada dalam teks simakan? 2) Apa yang akan dilakukan oleh para tokoh dalam teks simakan? 3) Siapa saja tokoh yang ada dalam teks simakan? 4) Apa profesi para tokoh dalam teks simakan? 5) Di mana percakapan tersebut berlangsung? 6) Apa hubungan antarpara tokoh dalam teks simakan? 7) Bagaiman alur percakapannya, siapa berbicara kepada siapa? 8) Kapan percakapan itu berlangsung? 9) Apa saja penanda transisi yang digunakan oleh para tokoh (pertama-tama, yang kedua, setelah itu, sebaliknya; bagaimanapun, oleh karena itu, sebagai konsekwensinya, akibatnya; dan sebagainya. 2. Kegiatan ketika Menyimak Dalam kegiatan fase ini, para siswa perlu: (a) didorong untuk memahami implikasi dari tingkat kecepatan dalam kegiatan menyimak. Para siswa harus didorong untuk memanfaatkan masa senjang untuk memproses pesan dengan aktif; (b) memiliki komentar mental terhadap teks simakan; dan (c) mengingat, atau mencatat kata kunci. Lebih-lebih lagi para siswa harus diberi beberapa latihan untuk membuat kesimpulan. Guru harus mengusahakan agar para siswa memperhatikan makna yang tersirat dan tersurat dalam setiap kalimat, di antaranya dengan memperhatikan nada pembicaraan dalam bahan simakan. Dalam kegiatan mendengar tingkat lanjut, dimungkinkan untuk menggunakan strategi membuat catatan pokok selama kegiatan menyimak. 3. Kegiatan Pascamenyimak 57
·  Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru kepada para siswa pada tahap akhir dari kegiatan menyimak. Secara umum para siswa harus diarahkan untuk menanggapi apa yang sudah mereka simak, baik dalam rangka untuk memperjelas makna yang ada dalam teks simakan atau memperluas wawasan mereka, maupun untuk mengevaluasi tingkat penguasaan siswa terhadap bahan simakan. Para guru hendaknya merencanakan kegiatan pascamenyimak untuk mengecek ulang seberapa jauh para siswa sudah mampu memahami isi teks simakan, untuk mengembangkan keterampilan berbahasa mereka yang lain (berbicara, membaca, dan menulis), dan untuk memeriksa apakah para siswa mengalami kesulitan di dalam memahami teks simakan. Kegiatan pascamenyimak menjadi penting karena para siswa masih mengalami kesulitan karena penguasaan mereka yang lemah terhadap unsur-unsur bahasa (kosa kata dan struktur). Ada beberapa contoh kegiatan setelah menyimak atau kegiatan lanjutan setelah kegiatan menyimak selesai. a. memberikan serangkaian pertanyaan untuk menguji pemahaman para siswa terhadap teks simakan. b. Meminta para siswa untuk menceritakan ulang apa yang telah mereka simak. c. Meminta para siswa untuk mendiskusikan apa yang telah mereka simak, baik secara berpasangan atau secara berkelompok. d. Meminta para siswa itu untuk meringkas atau membuat out-line dari apa yang sudah mereka simak e. Para siswa diminta untuk mengidentifikasi gambar orang tertentu jika apa yang telah mereka simak terkait dengan gambaran tentang seseorang. f. Para siswa diminta melakukan serangkain tindakan yang diminta dalam bahan simakan. g. Para siswa bisa diminta untuk menyatakan penilaian atau evaluasi pribadi mereka tentang teks simakan yang sudah mereka pelajari. Tidak ada ukuran benar atau salah dalam kegiatan ini karena ia hanya bertujuan untuk mengetahui perasaan, pendapat atau sikap siswa. C. Prinsip-Prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak Proses menyimak tidak hanya terbatas pada kepentingan untuk mengidentifikasi lambang-lambang bunyi lisan, kemampuan itu hanyalah satu bagian kecil dari kemahiran 58
·  menyimak. Lebih jauh dari itu adalah bisa menangkap isi atau pesan serta makna yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Guru memerlukan citra yang menyeluruh tentang apa yang dilakukannya untuk membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan menyimak (Ur, 1988: 33). Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru dalam membantu para pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka. a. Kemampuan menyimak akan meningkat melalui interaksi dalam bahasa Arab, karenanya jadikanlah bahasa Arab sebagai bahasa kelas. Beri kesempatan para pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau ide dengan menggunakan bahasa Arab. b. Kenalkan kepada para siswa para penutur bahasa Arab secara pribadi atau melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka perbedaan tipe-tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk memahami segala sesuatu penting bagi mereka pada saat menyimak. c. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak di luar kelas atas inisiatif sendiri. d. Kemampuan menyimak akan meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran. e. Kemampuan akan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai. f. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam memahami bahan simakan. g. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi. Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas. Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan aktivitas untuk membantu mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka. h. Lebih berfokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan menyimak berlangsung, lebih baik memberikan pujian kepada para pembelajar yang mencoba mengajukan ide yang masuk akal daripada kepada yang hanya mampu ‘menjawab dengan benar’. Catatlah terus apa yang telah mereka raih selama belajar menyimak. 59
·  i. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan rekaman audio atau video yang sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan. D. Beberapa Teknik Alternatif Pengajaran Aswat dan Maharah al-Istima’ Disamping teknik-teknik pengajaran bunyi bahasa dan kemahiran menyimak yang sudah dijelas sebelumnya, teknik-teknik berikut dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Arab untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa. 1. Dengar-ulang-ucap Model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat dibacakan atau berupa rekaman. Model ini disimak dan ditiru oleh siswa. 2. Dengar-tulis (dikte) Dengar-Tulis (Dikte) mirip dengan Dengar-Ulang Ucap. Model ucapan yang digunakan dalam Dengar-Ulang Ucap dapat digunakan dalam Dengar- Tulis. Dengar- Ulang Ucap menuntut reaksi bersifat lisan, Dengar-Tulis menuntut reaksi bersifat tulisan. Jadi sudah melibatkan kemahiran lain selain kemahiran menyimak. 3. Dengar-kerjakan Model ucapan berisi kalimat-kalimat perintah. Siswa yang menyimak isi ucapan mereaksi sesuai dengan instruksi. Reaksi biasanya dalam bentuk perbuatan. 4. Dengar-terka Guru menyusun deskripsi sesuatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Deskripsi dibacakan atau diputar rekamannya kepada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan saksama, kemudian menerka isinya. 5. Memperluas kalimat Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi mengucapkan kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir o1eh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diperluas. 6. Menemukan benda 60
·  Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda tersebut sebaiknya sudah pernah dikenal oleh para siswanya. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama sesuatu benda. Siswa mencari benda yang baru diucapkan guru. Bila bendanya sudah ditemukan, kemudian ditunjukkan kepada guru. 7. Bisik berantai Guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa yang paling depan atau pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikkannya ke telinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir mengucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring. Atau boleh juga siswa terakhir menuliskan kalimat tersebut di papan tulis. Guru mencocokkan kalimat yang ditulis siswa dengan kalimat yang dibisikkan. 8. Menyelesaikan cerita Misalnya dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3-4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, maju ke depan kelas. Yang bersangkutan disuruh bercerita, judul bebas kadang-kadang juga ditentukan oleh guru. Setelah yang bersangkutan bercerita. misalnya baru seperempat bagian isi dipersilakan guru untuk duduk, Cerita tersebut dilanjutkan oleh anggota kedua. Anggota ketiga maju melanjutkan cerita itu. Bagian terakhir cerita diselesaikan oleh anggota keempat. Setiap siswa harus mendengar cerita dari kelompok sebelumnya untuk mampu melanjutkan cerita dengan baik. Di sini keterampilan menyimak berkembang menjadi keterampilan berbicara. 9. Identifikasi kata kunci Setiap kalimat, paragraf ataupun wacana selalu memiliki sejumlah kata kunci yang dapat mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Menyimak isi kalimat yang panjang atau paragraf dan wacana yang pendek-pendek tidak perlu menangkap semua kata-katanya. Cukup diingat beberapa kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat-kalimat utuh kita sampai pada isi singkat bahan simakan. 10. Identifikasi kalimat topik Setiap paragraf mengandung minimal dua unsur. Pertama ialah kalimat topik, kedua ialah kalimat pengembang. Posisi kalimat topik mungkin di bagian depan, di bagian 61
·  akhir paragraf. Bahkan sekali-sekali ditemukan juga kalimat topik di tengah-tengah paragraf. Memahami paragraf ataupun wacana yang dilisankan berarti mencari dan memahami kalimat topik setiap paragraf. 11. Menyingkat/merangkum Menyimak bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan melalui penyingkatan. Menyingkat/merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun yang sedikit itu dapat mewakili atau menjelaskan yang panjang. 12. Parafrase Suatu cara yang biasa digunakan orang dalam memahami isi sebuah teks simakan ialah dengan cara mengutarakan isi simakan dengan kata-kata sendiri. Bahan simakan yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Mereka menyimak isinya lalu mengutarakannya kembali dengan bahasa sendiri. 13. Menjawab pertanyaan Cara lain untuk mengajarkan cara menyimak yang efektif ialah melalui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamana yang diajukan kepada bahan simakan. Untuk memantapkan pemahaman melaksanakan cara ini maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan terakhir semuanya sekaligus. Latihan Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini! Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut! 1. Apa manfaat yang bisa diambil guru dengan melakukan studi kontrastif antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia 2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah pengajaran al-aswat? 3. Apa saja yang dilakukan pada kegiatan pramenyimak? 4. Sebutkan beberapa teknik pengajaran aswat dan maharah al-istima’? Kunci Jawaban Latihan 1. Setelah melakukan studi kontrastif, guru diharapkan bisa: 62
·  a. mengidentifikasi/mengetahui persamaan bunyi antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia/bahasa pembelajar. b. mengidentifikasi/mengetahui bunyi-bunyi bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia/bahasa pembelajar. c. mengidentifikasi/mengetahui bunyi-bunyi bahasa Indonesia/bahasa ibu yang tidak terdapat dalam bahasa Arab d. memprediksi kesulitan-kesulitan dalam pengucapan bunyi bahasa yang mungkin dialami siswa. e. menjelaskan sebab-sebab kesulitan pengucapan bahasa Arab yang dialami para siswa. Dengan mengetahui perbedaan antara kedua bahasa tersebut guru bisa mengetahui bagaimana pengaruh suatu bahasa terhadap bahasa lainnya. 2. Langkah-langkah pengajaran aswat adalah (a) Penyajian model pelafalan, yaitu mencontohkan pelafalan setiap bunyi yang kemudian diikuti setiap siswa. (b) Pemberian latihan/drill, yaitu memberikan beberapa bentuk drill untuk membiasakan siswa melafalkan bunyi-bunyi yang sudah dicontohkan pelafalannya. (c) Praktik penggunaan bunyi bahasa, yaitu menggunakan bunyi-bunyi yang sudah dipelajari oleh siswa dalam kegiatan berbahasa sebenarnya, baik yang komplek maupun yang sederhana. 3. Kegiatan yang dilakukan pramenyimak oleh guru adalah berusaha membangkitkan semangat siswa untuk memahami topik yang akan didengarkan, guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar